Friday, July 3, 2009

Oli Asli versus Oli Palsu

Beberapa waktu lalu sebuah tayangan televisi swasta menyajikan sebuah topik tentang maraknya peredaran oli palsu di Indonesia. Di dalam tayangan tersebut, dijelaskan bahwa sangat susah membedakan antara oli asli dengan oli palsu. Karena disamping oli palsu memakai kemasan bekas oli asli, nomor registernya juga mungkin bisa dipalsukan, dilihat kasat mata 'sukar' untuk dibedakan. Oli palsu hanya bisa diketahui efeknya, setelah dalam jangka waktu pemakaian tertentu menyebabkan kerusakan mesin. Walaupun tidak semua penyebab kerusakan mesin, melulu karena pemakaian oli.

Saya sebagai orang awam soal mesin, secara pribadi, merasa kurang sreg dengan apa yang ditayangkan televisi tersebut. Karena menurut saya, pemberitaan tersebut seyogyanya selain menyampaikan informasi kepada masyarakat untuk berhati-hati, sajikan juga solusi untuk mengantisipasinya, agar bisa dijadikan petunjuk pencerahan bagi masyarakat pemakai oli untuk mengurangi kemungkinan kecolongan. Konotasi tayangan tersebut memberikan kesan (bahkan mungkin 'meracuni') yang sangat dalam kepada pemirsanya bahwa oli palsu sudah sedemikian canggih sehingga tidak ada jalan lain untuk membedakannya dengan yang asli. Jadi jangankan masyarakat, pemerintah pun tidak bisa berbuat apa-apa (seolah-olah), masyarakat apatis, menerima saja keadaan ini.

Pendapat di atas saya peroleh dari hasil perbincangan sesama teman setelah menyaksikan tayangan tersebut. Kesan itu begitu dalam 'merasuki' mereka. Saya katakan: 'Secanggih apapun, yang namanya palsu tetap palsu, berbeda dengan yang asli'. Jadi sekecil apapun perbedaannya pasti ada, tidak mungkin sama. Karena secara logika, kalau memang sama kenapa harus disebut palsu, mengapa pula bisa diberi harga murah? Dan jangan lupa, oli secara kimia pasti tidak memenuhi hukum reaksi kebalikan(?). Tapi mereka tetap apatis.

Hanya masalahnya memang, bagaimana caranya kita bisa membedakan oli palsu dengan oli asli tanpa harus memeriksanya di laboratorium? tanpa harus mengeluarkan biaya sedikitpun!

Melalui blog ini saya mencoba sumbang pendapat sekiranya bisa dijadikan masukan yang berguna bagi siapa saja untuk sekedar bisa waspada agar jangan kecolongan oli palsu, syukur-syukur bisa membedakannya. Caranya gampang, yaitu berguru dengan diri sendiri, dengan pengalaman diri sendiri.

Yakinkan bahwa oli yang kita pakai selama ini tidak ada masalah itu artinya bisa dibilang asli. Pelajari sifat/ciri oli yang biasa kita pakai. Kenali warnanya, baunya dan kekentalannya. Kalau bisa dalam setiap kali pemakaian/ganti oli, simpan sedikit oli di tempat yang cukup terlindung dari polusi, sebagai bahan referensi bagi pemakaian oli berikutnya. Demikian seterusnya setiap kali ganti oli, ganti referensi tentu saja setelah lulus pengecekan. Oli asli pastilah memiliki warna yang khas, tidak terlalu terang juga tidak terlalu gelap, menghasilkan bau yang khas pula yang bukan bau seperti minyak goreng bekas/jelanta, minyak tanah atau bau minyak-minyak yang lain. Begitu juga kekentalannya tidak terlalu kental juga tidak terlalu encer. Memang pembandingannya terlalu kira-kira, itu gunanya sisa oli yang kita simpan. Tapi yang perlu dicatat disini adalah dengan cara ini kita bisa melatih naluri/insting penginderaan kita terhadap oli asli, sebagai bahan pembanding oli palsu. Kalau ada teman yang memakai oli sama atau sejenis dengan kita, tidak ada salahnya saling tukar informasi.

Fungsi oli selain sebagai pelumas, utamanya sebagai peredam suhu atau bisa dibilang sebagai pendingin. Oli berkualitas baik (oli asli pun kualitasnya bisa bervariasi) haruslah mampu menahan panas dalam skala suhu ekstrim tertentu. Untuk menghasilkan suhu ekstrim memang tidak mudah, tapi dengan kompor/gas atau bahkan mungkin sebatang lilin pun bisa digunakan sebagai alat untuk melihat sifat oli saat kita panaskan. Tempatkan oli secukupnya dalam wadah yang akan dipanaskan di atas api sampai suhu kurang lebih 80-100oC atau sampai mendidih. Lihat apa yang terjadi, apakah oli berubah kekentalannya menjadi encer/lebih kental atau bahkan mengeluarkan bau/warna/unsur yang aneh. Lakukan ini pertama kali untuk oli yang kita anggap sebagai oli yang asli. Gunakan informasinya sebagai pembanding sesaat sebelum mengganti oli. Bagaimana perbedaannya? Perlu diketahui gagalnya fungsi pendingin yang disandang oli akan berakibat fatal bagi mesin itu sendiri, bahkan bukan tidak mungkin berakibat pecahnya blok penampung oli. Bisa dibayangkan?

Belilah oli di agen-agen resmi atau paling tidak yang kita percaya. Jika sekali waktu, saat kita membeli oli di toko/bengkel, ada banyak kemasan kosong dibiarkan tidak terpakai, sepertinya tidak berlebihan (maaf bukan tidak percaya tapi waspada) untuk mempertimbangkan jangan beli oli lagi di tempat tersebut. Kok bisa, kenapa? Oli palsu menggunakan kemasan bekas oli asli untuk menutupi kepalsuannya. Produsen oli palsu pasti lebih banyak menerima pasokan kemasan bekasnya dari bengkel/toko. Bisa dibayangkan, kalau bengkel/toko tersebut 'tega' demi meraup untung yang tidak terlalu banyak menjual kemasan bekasnya kepada orang lain yang jelas-jelas akan merugikan orang lain/konsumennya--- yang sangat mungkin produsen oli gelap---- bagaimana bisa dia tidak menerima oli palsu untuk meraup untung yang lebih besar. Siapa tahu?

Usahakan saat oli harus diganti, lakukan sendiri. Maaf, sekali lagi bukan berarti tidak percaya bengkel ganti oli, karena mereka sendiri, secara hampir pasti bisa dikatakan, tidak berani menjamin 100%, oli yang dijualnya pasti asli. Dengan melakukannya sendiri, kita bisa memeriksa terlebih dahulu oli yang kita pakai itu sesuai atau tidak dengan ciri-ciri atau sifat-sifat oli yang selama ini kita ketahu atau kita pakai. Jika ada penyimpangan kita bisa segera menunda dulu penggantian oli, sampai kita tahu pasti masalahnya. Jangan lupa setelah oli habis, rusak kemasannya dengan cara memotong atau melubanginya supaya tidak bisa digunakan lagi. Langkah kecil, tapi paling tidak bisa memutus 1 mata rantai produksi oli palsu.

Ada atau tidak ada oli palsu, setiap pengguna kendaraan bermotor pasti menggunakan oli. Jangan terlalu resah berlebihan dengan yang palsu, yang terpenting, kita tahu apa yang kita mau.

Sekian, semoga bermanfaat, lebih-kurangnya mohon maaf. Barangkali ada teman yang bisa mengoreksi atau bahkan menambahkan informasi ini, terimakasih sekali.

*)Diambil dari beberapa sumber

No comments:

Post a Comment