Saturday, August 1, 2009

Mempercepat Sembuh dengan Terapi Taman

Selain meredam polusi udara, tanaman bisa dimanfaatkan pula untuk meredam polusi hati dan mempercepat penyembuhan

KALAU Anda perhatikan, hampir semua rumah sakit, beberapa klinik dan pusat-pusat terapi kesehatan yang ada kini memiliki taman. Setidaknya, meski kecil, ada area yang ditanami oleh pepohonan dan bunga. Tentu saja ini bukan tanpa maksud. Selain memang untuk meredam polusi udara di tempat-tempat itu, pepohonan tersebut ditanam untuk mempercepat pemulihan pasien atau bahkan sebagai salah satu unsur penyembuhan (healing garden).

Tanaman bisa menjadi penyembuh? Mari kita tengok ke belakang. Pelukis kenamaan Perancis, Claude Monet, semula adalah pengidap depresi berat yang membuatnya merasa hidup segan mati tak mau. Ketika suatu hari ia merasakan kedamaian hati saat berjalan-jalan di kebun rumahnya, ia pun kemudian sering melakukan hal itu. Efeknya, penyakit jiwa Monet akhirnya sembuh. la pun melukis kebunnya itu sebagai salah satu karyanya yang hingga kini masih meneduhkan hati para penikmatnya.

Di Jepang, Taman Zen sejak dulu digunakan sebagai bagian dari pemulihan jiwa. Begitu pun taman-taman di tempat pertapaan religius. Namun, ketika kedokteran modern mendominasi dunia pengobatan, perlahan pemanfaatan taman sebagai bagian dari terapi pemulihan tersingkirkan. Untunglah, kesadaran itu kini muncul kembali seiring perkembangan ilmu kedokteran holistik.












Gelombang Alfa

Kekuatan penyembuh taman atau pepohonan tersebut menarik para ahli untuk memperdalam hal itu. Roger Ulrich, salah satunya, seorang guru besar dan direktur The Center for Health Systems and Design at Texas A & M University, Amerika. Dalam penelitiannya ia menyimpulkan bahwa menikmati pemandangan alam atau unsur-unsur alam bisa memulihkan stres karena menimbulkan perasaan positif dan mengurangi perasaan negatif. Di sana secara efektif orang betah mencurahkan perhatian dan minatnya sehingga bisa mengurangi dan menghambat pikiran-pikiran stres.

Ulrich mencatat dalam penelitiannya bahwa para responden penelitiannya mengalami gelombak otak Alfa (8-12 Hertz) ketika mereka memandang kehijauan. Sebaliknya bila mereka disuguhi pemandangan khas perkotaan seperti tembok bangunan dan aspal jalan raya, gelombang otaknya berpindah ke Beta (12,1-100 Hertz).

Gelombang otak Alfa ini menandakan keadaan otak yang relaks, seimbang, dan lebih 'tajam' Bila secara teratur berada di dalam gelombang Alfa, sudah terbukti tubuh lebih sehat dan pikiran lebih awas. Artinya orang bisa lebih produktif dan kreatif dalam berkarya dan jarang jatuh sakit.

Itulah pula keadaan keadaan hening yang dicapai oleh para praktisi meditasi. Dalam riset lanjutannya, Ulrich menunjukkan para pasien bedah yang disuguhi pemandangan alam, menjalani perawatan pasca operasi yang lebih pendek, mendapat keluhan paling minim dari para perawat, dan membutuhkan lebih sedikit obat nyeri, serta mengalami komplikasi pasca bedah lebih sedikit ketimbang mereka yang disuguhi pemandangan tembok yang 'dingin'.

Dalam bukunya, Restorative garden: the Healing Landscape, dokter ahli imunologi, Richard Kaufman, MD, pembantu guru besar di Yale University School of Medicine dan seorang ahli anggrek, mengatakan bahwa kehijauan alam memberi kita rasa aman karena secara alamiah mengingatkan akan unsur-unsur kehidupan air, makanan, dan tempat berteduh. Dengan kata lain merangsang pikiran positif. Di dalam bidang kedokteran baru psiko neuro imuno endokrinologi, kini sudah terbukti betapa pengaruh pikiran positif dapat meningkatkan kekebalan dan membanjiri tubuh kita dengan zat-zat biokimiawi yang menyehatkan.

























Peneduh jiwa

Bila Anda tinggal dan bekerja di wilayah perkotaan, cobalah sesekali rasakan bedanya antara memandang tembok demi tembok bangunan tanpa selipan satu batang pohon pun dengan rumah-rumah yang ditamani pohon. Lalu, manakah pula yang membuat Anda merasa lebih betah, jalan raya bebas hambatan atau jalan pedesaan yang di kanan kirinya diteduhi deretan pohon dan pemandangan sawah ladang yang hijau?

Selain secara jasmaniah kita bisa menghirup udara lebih segar karena kaya akan oksigen dan minimal polusi karena terserap oleh tanaman, kehijauan pun tak terbantahkan meneduhkan perasaan kita. Tak heran bila beberapa penelitian mencatat bahwa menanam tanaman bisa menurunkan tekanan darah, mengurangi nyeri, memulihkan stres, menggairahkan
mood, dan meningkatkan kekebalan tubuh.

Jadi, dari pengalaman langsung dan tanpa mengacu pada penelitian ilmiah pun kita semua bisa merasakan keteduhan dari tanaman, bukan? Bila Anda menyukai tanaman dan memeliharanya di rumah Anda, tentu Anda dapat langsung merasakan bahwa tanaman tidak sekadar menghias rumah Anda. Lebih-lebih mereka yang gemar bertanam mungkin bisa lebih dalam merasakan betapa ajaibnya melihat benih bertunas, lalu tumbuh, berbunga dan berbuah.

Tumbuh, layu, gugur, dan bertunas lagi adalah peristiwa alam dan siklus kehidupan kita pula. Peristiwa itu bisa mengingatkan kita pada ketentuan alam bahwa tak ada yang permanen dan segala sesuatu ada 'waktunya'. Bila Anda sedang risau akan masalah yang tak tertanggungkan, cobalah cari keteduhan jiwa dalam kehijauan alam. Anda bisa menyadari bahwa masalah itu pun tidak akan selamanya di sana. Segala sesuatu berganti seperti daun-daun itu.

Nah, alangkah beruntungnya bila Anda bisa sering mengunjungi taman di dekat rumah. Apalagi bila memiliki taman sendiri di rumah sehingga setiap saat bisa mengunjunginya. Atau bila hobi berkebun, Anda bisa merasakan interaksi langsung dengan tanaman, merasakan kebahagiaan menyentuh tanah, menyemai benih, dan memanen hasilnya. Kalau pun tidak tersisa lahan di rumah Anda dan tidak ada ruang hijau di lingkungan sekitar, Anda masih bisa mengambil unsur taman ke dalam rumah Anda. Misalnya, dengan menempatkan tanaman dalam pot di dalam rumah atau bahkan hanya dengan merangkai bunga-bunga segar di dalam vas.

Kuncinya adalah menghadirkan sebisa mungkin unsur-unsur alam ke dekat diri Anda. Sebab, ibarat air adalah habitat ikan, alam terbuka adalah habitat asli kita. Maka berada di antara kehijauan tanaman di dalam kebun atau taman bisa mengembalikan kita pada kesejatian ruang kita. Itulah pula mungkin yang menyebabkan tubuh kita pun bereaksi positif ketika kita dekat dengan kehijauan alam.

Patrice Bouchardon, penulis buku, The Healing Energies of Trees, menegaskan, tiap pohon memiliki dan menyebarkan energi tertentu yang berpengaruh positif terhadap kesehatan raga, jiwa, dan sukma kita. Oleh karena itu, berjalan-jalan di antara pepohonan seperti berjalan menyelami belitan akar-akar emosi dan pikiran kita sendiri. Bila sering berada di antara kehijauan alam, kita akan bisa menjalin keintiman dengan diri sendiri ini.

Sekarang, tak ada lagi alasan untuk tidak melestarikan lingkungan.

=================
Kiat menanam pohon


Menanam pohon tentu saja tidak sembarangan, apalagi kalau memang ada tujuan sebagai sarana terapi. Penanaman yang baik akan menghasilkan tanaman yang baik pula. Jangan sampai menanam pohon yang pertumbuhannya dan proses perawatannya malah membuat kita sendiri stres, sehingga efek terapeutiknya menjadi hilang. Untuk itu, inilah beberapa tips dalam menanam pohon yang tepat:

1. Sebelum menggali tanah, hubungi pelayanan masyarakat seperti PLN, PAM, atau Telkom untuk mengidentifikasi apakah terdapat pipa atau kabel di dalamnya.

2. Gali lubang dua kali lebih lebar dari diameter batang pohon dan sedikit lebih dalam dari panjang akar. Buat sisi-sisi dan dasar lubang tidak rata sehingga akar dapat dengan mudah masuk ke dalam tanah.

3. Dengan pohon dalam pot, secara perlahan pindahkan pohon dari wadahnya. Baringkan pohon di sisi lubang. Pukul dasar dan sisi wadah hingga akarnya terlepas. Untuk pohon yang terbungkus karung goni, lepaskan tali atau kabel yang mengikat bungkus akar. Sangat penting untuk melepaskan bungkus secara keseluruhan. Ujung akar akan segera mati begitu terkena cahaya dan udara, jadi benamkan ke dalam tanah dengan segera.

4. Letakkan akar di dalam lubang. Biarkan bagian teratas dari akar berada 1 hingga 2 sentimeter di atas tanah, pastikan Anda tidak menguburnya kecuali akar terekspos sinar atau udara. Jangan membenamkan pohon terlalu dalam. Ketika Anda menambah tanah untuk mengisi bagian yang kosong di sekitar pohon, segera padatkan tanah untuk membuang kantong udara yang terjebak di dalamnya, atau tambahkan air untuk membantu mengendapkan tanah. Buatlah tanah di sekitar pohon tersebut membentuk mangkuk untuk memaksimalkan masuknya air setelah penanaman. Pohon dengan akar yang kering tidak bisa menyerap air.

5. Tutup sekeliling pohon tersebut dengan mulsa (rumput atau dedaunan kering) secara merata.

6. Tergantung pada ukuran pohon dan kondisi lahan, menopang tanaman mungkin diperlukan. Tujuannya adalah menopang batang pohon sehingga akarnya benar-benar kokoh. Penopangan ini terap harus memungkinkan pohon untuk bergerak. Setelah pohon tersebut kokoh, lepaskan semua penopang. Jika tidak, penopang tersebut justru dapat mengikat pohon tersebut, dan memotong batang dan sewaktu-waktu membunuh pohon tersebut.

Healtylife
Edisi 07/VIII - Juli 2009

No comments:

Post a Comment